Hallo sahabat blogger, akhirnya kita bisa bertemu lagi. Ohh yaa
gimana nih puasanya?, pasti lancarkan. Insya Allah semua ibadah kita yang telah
kita jalani di bulan ramadhan ini diterima Allah SWT, Aamiin. Waktu itukan saya
pernah mengatakan akan mengshare cerita ‘Sad Story : Cinta Segitiga Monyet’.
Tapi sampai sekarang saya masih belum membagikannya. Namun sebelum saya
membagikan cerita Cinta Segitiga Monyet. Saya akan membagikan sebuah cerita
dari saya pribadi. Lebih tepatnya sih cerita dari saya kecil sampai lulus SMK.
Hanya saja mungkin hanya sedikit cerita yang bisa saya ceritakan ketika SMK.
Cerita ini akan saya bagi 2, lalu saya akan memberi judul Daily Life of Mans in
Jakarta dan Bekasi. Sebenarnya banyak sekali kenangan yang saya dapatkan ketika
masih kecil. Hanya saja saya tidak akan mungkin bisa menceritakan semuanya.
Jadi saya akan mengambil beberapa kenangan yang benar-benar ingin saya
sampaikan, ataupun yang masih saya ingat sampai sekarang. Baiklah, lebih baik
kita mulai saja ceritanya.
DAILY LIFE OF MANS IN JAKARTA
Hallo semuanya, sebelum kita memulai cerita ini, lebih baik saya
memperkenalkan diri terlebih dahulu yaa. Sebenarnya saya sudah sering
memperkenalkan diri, tapi rasanya tidak afdhal jika saya menulis cerita ini
tanpa memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Manfathur Rizqi Fadillah
atau biasa dipanggil Fathur atau bahkan hanya Mans saja. Saya lahir prematur di
Jakarta tepatnya di RS. M.H. Thamrin pada tanggal 25 Januari 1998 atau 26
Ramadhan 1418 Hijriyah pada pukul 06.30 pagi. Dokter yang melakukan persalinan
untuk umi saya adalah dr. Joni. Saya lahir dengan panjang 49 cm, dan berat 3,2
kg. Kata umi saya, persalinan saya itu sangat sulit. Jadi setelah saya
dikeluarkan, saya berada didalam sesuatu yang mirip seperti cangkang telur.
Setelah itu cangkangnya dipecahkan oleh dokternya, dan keluarlah saya. Namun
pada saat itu saya tidak menangis, dan bentuk tubuh saya juga gak seperti bayi
biasanya. Setelah saya lahir, katanya umi saya melihat seekor macan kumbang
yang sedang menjilati wajah saya. Katanya juga macan kumbang itu adalah uyut
atau nenek moyang saya. Selain itu, umi saya juga berkata bahwa macan kumbang
itu adalah pelindung saya.
Nama ayah saya adalah R. Jimmy Kristian dan nama ibu saya Siti
Badriyah. Kini saya memiliki tinggi badan 170 cm dan berat badan kurang lebih
62 kg. Ohh yaa masih ada yang kurang, zodiak saya adalah Aquarius. Konon
katanya jodoh yang tepat untuk laki-laki yang berzodiak Aquarius adalah
perempuan yang berzodiak Aries dan Gemini. Apakah disini ada sahabat blogger
yang berzodiak seperti yang saya sebutkan tadi?. Apabila memang ada, mungkin
jika kita memang ditakdirkan untuk bersama, bisa jadi salah satu dari kalian
adalah jodoh saya. Hahaha, memangnya ini tempat buat cari jodoh.
Okehlah lebih baik kita lanjut saja yaa ceritanya. Namun
sebelumnya saya juga akan memberitahu bahwa didalam cerita ini mungkin ada
cerita saya bersama teman saya, dan nama-nama yang nanti akan saya sebutkan itu
adalah nama orang yang sebenarnya. Tanpa ada sensor atau menyamarkan namanya.
Jadi saya dan keluarga saya tinggal di Jakarta atau lebih tepatnya di Klender.
Namun pada awal-awal tahun 2000, keluarga saya pindah dan mencari kontrakkan.
Sedangkan rumah yang ada di Klender di tempati oleh adiknya abah (kakek) saya.
Pada waktu itu keluarga saya ngontrak rumah di daerah Rawa Domba. Ada yang tau
gak tempatnya?, jangan nanya ke saya yaa. Soalnya saya juga kurang tau
tempatnya. Tapi setau saya sih di daerah Duren Sawit atau Pondok Bambu deh. Dan
yang saya tau, kontrakkan yang saya tinggali itu katanya dekat sama rumah
artis-artis. Nah pada saat itu saya memang nakal sekali. Maklumlah masih
sangatlah kecil, masih sekitar 2-3 tahun usia saya.
Saya pernah belajar naik sepeda, saat itu sepeda roda empat. Namun
mungkin karena sudah bosan dengan roda empat, akhirnya rodanya dilepas satu.
Dan itu benar-benar ekstrim sekali, soalnya sepedanya jadi berat sebelah. Saya
yang gaya-gayaan akhirnya mencoba menaiki sepeda itu. Dan lebih eksrimnya lagi,
saya menaikinya pas jalan yang menurun. Alhasil saya kehingan keseimbangan
saya, dan akhirnya saya terjatuh. Saya juga punya teman yang bernama Dimas.
Terkadang ketika saya sedang tidak ingin bermain, dia sering sekali saya buat
celaka. Mulai dari tangannya kejepit pintu gara-gara saya, bahkan dia juga
pernah saya sabet menggunakan ikat pinggang. Padahal dia nangisnya udah kejer
banget waktu itu, tapi tetap aja saya terus menyabet dia *ternyata saya dulu
sadis banget yaa*. Terus pada saat itu umi saya sedang hamil adik saya. Ketika
sedang hamil adik saya, umi saya sering sekali saya buat celaka. Umi saya juga
pernah saya dorong, sampai-sampai tertabrak lemari. Ketika adik saya lahir,
keluarga saya pindah lagi ke daerah curug. Tempatnya cukup dekat juga dengan
kontrakkan saya sebelumnya.
Ketika adik saya berumur 8 bulan, pada saat sore hari atau
tepatnya mau maghrib. Saya melihat adik saya sedang tidur, dan kebetulan rumah
saya saat itu sedang sepi. Saya menghampiri adik saya, dan menginjak-injak
perut adik saya. Tidak berapa lama kemudian emak (nenek) saya datang sambil
berteriak. Dan Alhamdulillah adik saya bisa terselamatkan, meskipun harus
diurut. Mungkin pada saat itu saya berpikir bahwa ketika saya punya adik, kasih
sayang dari orang tua saya akan terbagi. Hmm, terlalu dangkal yaa pikiran saya.
Yaa tapi mau bagaimana lagi, usia saya saat itu baru 4 tahun. Terus saya juga
pernah berantem dengan emak saya, sampai-sampai saya melemparkan batu ke emak
saya. Emak saya berhasil menghindar, namun batu yang saya lempar mengenai mobil
pribadi dari seorang polisi. Seketika saya langsung kabur, dan berlari ke dalam
rumah, kemudian rumahnya saya kunci.
Terus juga saya pernah keserempet motor ketika ingin membeli
layangan. Teman-teman yang biasa main sama saya tidak ada yang mau menolong
saya, namun ada satu teman yang mau menolong saya. Saya lupa namanya, namun dia
tuh orangnya sulit berbicara atau gagu. Ketika itu dia mendatangi emak saya dan
mengatakan kalau saya ketabrak motor. Namun pada saat itu emak saya tidak
memahami apa yang teman saya katakan itu. Hingga akhirnya datanglah tukang
minyak tanah langganan emak saya yang menolong saya dan membawa saya sampai ke
rumah. Saya juga sering sekali naik-naik menara masjid yang ada di deket rumah
saya. Konon katanya disitu ada yang menjaganya. Emak saya juga pernah menyuruh
saya untuk turun dari menara itu. Namun ketika saya turun dari menara, saya
malah menghindari emak saya dan berlari entah kemana. Namun ketika sedang
berlari, saya terjatuh. Hingga akhirnya bibir saya berdarah. Tapi untungnya
saya ketemu sama ayah saya yang baru pulang kerja.
Kemudian saya dibawa pulang oleh ayah saya. Ketika tahun pelajaran
dimulai, kemudian saya disekolahkan oleh orang tua saya. Saya sekolah di MI
Al-Falah Klender, atau tepatnya adalah sekolah dari umi saya dan adik-adiknya
dulu. Teman pertama saya disekolah itu adalah Indra. Dia orangnya baik, namun
lama kelamaan malah isengin saya terus. Bahkan ketika saya sedang jalan,
tiba-tiba dia menyelengkat saya dari belakang hingga saya terjatuh. Kemudian makin
lama saya jadi makin malas pergi ke sekolah. Saat itukan masuknya siang hari,
nah pagi harinya saya pakai untuk belajar. Setelah waktu sekolah tiba, saya
mengatakan bahwa tadi pagi saya sudah belajar, sehingga saya tidak perlu lagi
pergi ke sekolah. Tapi saya terus dipaksa-paksa untuk berangkat ke sekolah.
Hmm, mungkin saat itu saya masih terlalu kecil kali yaa untuk menerima
pelajaran-pelajaran islam yang ada disekolah itu. Sehingga tidak ada satu
materipun yang nyangkut diotak saya.
Pernah juga ada kejadian ketika saya mau pulang ke rumah. Waktu
itukan emak saya jemput saya, terus sebelum pulang saya beli kue donat dan
cucur dulu. Setelah itu baru deh naik metro mini untuk pulang. Namun didalam
perjalanan, tiba-tiba supirnya rem mendadak. Saya dan emak saya yang duduk
dipaling belakang langsung terpental. Donat dan cucur yang dibeli seketika
langsung berantakan. Untung aja ada yang megang emak saya, sehingga emak saya
tidak terpental keluar. Sedangkan saya waktu itu terkena bangku metro mini.
Bangkunya lumayan tajam juga, sehingga alis saya menjadi terluka.
Terus beberapa bulan kemudian saya terkena penyakit. Penyakit yang
saya derita adalah flek paru-paru, paru-paru bolong, dan ditambah lagi
paru-paru basah. Lengkap sudah semua penyakit paru-paru yang saya derita.
Bahkan dr. Agus yaitu dokter yang merawat saya pernah mengatakan bahwa mungkin
usia saya tidak lama lagi. Bahkan dr. Agus menyarankan orang tua saya agar
banyak-banyak berdoa, supaya ada keajaiban dari diri saya. Hampir sekitar 3
bulan saya dirawat, bahkan air kencing yang saya keluarkan pada saat itu
warnanya merah. Bukan merah karena darah, tapi merah karena obatnya. Dan
Alhamdulillah, berkat doa dari orang tua saya, keluarga saya, dan
saudara-saudara saya. Akhirnya saya bisa sembuh dan sehat kembali. Setelah saya
sembuh, orang tua saya memutuskan agar saya mengundurkan diri dari sekolah dan
mengulang lagi tahun pelajaran berikutnya.
Kemudian orang tua saya pindah kontrakkannya ke daerah Bekasi atau
tepatnya di Perumahan Trias Cibitung. Namun ketika saya berada di Bekasi, saya
tetap ingin sekolah di Jakarta. Hingga akhirnya orang tua saya mengizinkannya,
dan saya didaftarkan di SDN 12 Pagi Klender. Dan Alhamdulillah saya betah
sekolah disitu, dan mempunyai banyak teman. Awalnya sih saya pulang pergi naik
kereta dari Bekasi ke Jakarta. Namun lama kelamaan saya memutuskan untuk
tinggal dirumah Klender bersama bunda (adiknya abah) saya. Lebih tepatnya saya
tinggal di kampung Jati Selatan atau yang lebih populernya Zhat-Shel. Biasanya
kampung saya selalu menjadi penengah. Ngerti gak maksudnya penengah?. Jadi
waktu itukan kampung tetangga yaitu kampung Jagal dan Kebun Singkong sering
tawuran, jadinya kampung saya yang menjadi penengah atau pemisah jika kedua
kampung itu tawuran. Bukan hanya tawuran antar kampung aja, tapi di dekat rumah
saya juga sering terjadi tawuran antar sekolah. Pernah waktu itu ketika saya
lagi berada didepan, tiba-tiba dari sisi kanan dan kiri saya sudah ada anak SMA
yang ingin bertarung. Untung saya berhasil menghindar, kemudian langsung masuk
kedalam rumah.
Ohh yaa saya memutuskan tinggal bersama bunda saya karena pada
saat itu saya sering sekali terlambat, sehingga ada beberapa kali saya tidak
masuk sekolah. Namun saya punya banyak sekali pengalaman ketika pulang pergi dari
Bekasi-Jakarta. Mulai dari pagi desak-desakkan di kereta, terus emak saya
ketinggalan kereta, jatuh pas mau turun dari kereta, melihat orang yang jatuh
dari kereta sampai kepalanya bocor, dan bahkan saya hampir tertabrak kereta
dari lawan arah karena saya turunnya tidak menggunakan peron. Namun setiap hari
dikereta saya ketemu dengan seseorang yang dulu saya sering panggil om Neutron.
Entahlah darimana saya dapat sebutan itu?. Tapi kalau gak salah sih waktu itu
di jaketnya ada bacaan Neutron, jadinya saya panggil om neutron dah. Setiap
ketemu om Neutron, dia selalu menggendong saya. Yaa mungkin karena untuk
melindungi saya agar tidak terdesak, atau mungkin om Neutron menganggap saya
sebagai anaknya. Bahkan ketika saya hampir ketabrak kereta dari lawan arah, om
Neutron dengan cepat langsung menolong saya.
Namun setelah saya memutuskan untuk tinggal bareng bunda, jadinya
saya tidak pernah ketemu sama om Neutron lagi. Pada bulan Januari tahun 2005,
orang tua saya kembali pindah rumah. Kali ini tidak mengontrak, tetapi punya
rumah sendiri yaitu rumah yang saya tempati hingga saat ini, tepatnya di
Perumahan Bekasi Griya Asri 2 Tambun. Orang tua saya merayu saya agar mau
pindah sekolah, sebab rumah yang ditempati saat ini memang dekat sekali sama
SD. Namun saya menolaknya, tapi setiap seminggu sekali saya pulang ke rumah
yang di Bekasi. Kadang emak saya menjemput, dan kadang juga pak kumis (suaminya
bunda) yang mengantar saya ke Bekasi. Untuk masalah cerita yang di Bekasi, kita
lanjut di cerita Daily Life of Mans in Bekasi aja yaa. Kalau sekarang khusus
yang di Jakarta aja.
Saya mempunyai tetangga sekaligus sahabat saya yang bernama Arif.
Saya dan Arif selalu bersama-sama *eleeh memangnya apaan yaa selalu
bersama-sama* yaa pokoknya gitu deh. Mulai dari berangkat sekolah bareng,
pulang bareng, main bareng, bahkan Arif juga pernah nginep dirumah saya hanya
untuk nonton Smackdown. Pada saat itu tayangan Smackdown masih ada. Hmm, memang
sudah dari kecil sering begadang, jadinya sampai sekarang begadang mulu. Selain
itu, apa yang Arif punya, saya juga wajib punya. Mulai dari mainan seperti
pistol-pistolan, sepatu, sepeda, bahkan sampai baju segala. Saya dan Arif juga
sering sekali main didalam gentong. Waktu itukan ada gentong kosong, terus saya
sama Arif bawa gentong itu kedekat rel kereta. Saat itukan rel keretanya agak
tinggi, jadi saya dan Arif masuk ke dalam gentong itu, lalu bergelinding ke
bawah. Walaupun kepala saya harus terpentok-pentok, tapi permainan itu seru
banget.
Saya juga sering main tembak-tembakkan sama Arif menggunakan
pistol yang isinya peluru kecil-kecil itu. Sebenarnya permainan itu sangat
berbahaya sekali. Untung saja peluru itu tidak pernah mengenai mata saya. Tapi
pernah mengenai dada saya, dan itu rasanya sangat sakit sekali. Terus juga ada
teman saya yang namanya Desta. Entah kenapa dulu saya dan Arif tidak terlalu
suka dengan Desta?. Jadi ibaratnya saya dan Arif sering sekali membully Desta.
Namun Desta tetap terima aja, dan bersikap baik sama saya dan Arif. Atau
mungkin pada saat itu Desta menganggap saya dan Arif sebagai kakak kali yaa,
jadinya mau aja diapain juga. Saya dan Arif juga pernah saling berpelukan kaya
teletubies. Terus ceritanya saya ingin Arif menggendong saya. Namun ternyata
pikiran saya dan Arif sama, hingga akhirnya kita malah jatuh bareng-bareng.
Hahaha, mungkin ini kali yaa yang dinamakan sahabat, jadi bisa saling baca
pikiran. Saya juga pernah melihat Arif sedang main petasan yang biasa dipakai
tahun baruan, petasan air mancur kalau gak salah namanya deh. Saya lihat sepertinya
asyik banget Arif megangnya. Terus saya mencoba untuk memegang petasan itu.
Namun ternyata saya terkejut, sehingga petasan itu terjatuh. Untung aja pada
saat itu gak terjadi kebakaran.
Saya juga pernah begadang bareng sama Arif pas bulan puasa. Waktu
itu kita sering sekali bakar ubi dan singkong. Ketika sahur tiba, uyut saya
sudah menyiapkan makan untuk saya. Namun bukannya saya menyantap sahur, tetapi
saya malah justru tertidur *wkwkwk begadang kuat, tapi pas sahur tepar*. Pernah
juga ketika saya dan Arif ingin pergi ke Masjid untuk melaksanakan Shalat
Jum’at, tiba-tiba saya jadi melamum *entahlah saya melamun karena apa*.
Kemudian saya sadar bahwa ternyata Arif sudah berada disebrang jalan. Kemudian
saya melihat kearah kiri, dan ternyata jalanan sedang kosong. Namun sial bagi
saya, tiba-tiba dari lawan arah ada sebuah motor yang menabrak saya.
Alhamdulillah saya tidak kenapa-kenapa. Sedangkan Arif hanya bisa tertawa-tawa
saja disebrang jalan. Sebenarnya yang salah bukan saya, yang salah itu jelas motornya.
Kenapa dia lawan arah?. Padahalkan jelas-jelas jalanan itu hanya satu arah
saja. Tapi saya tetap harus bersyukur, sebab saya tidak mengalami luka yang
serius, dan kembali melanjutkan perjalanan lagi untuk ke Masjid.
Pernah juga terkadang setiap hari minggu saya dan Arif pergi ke
Mall Ramayana Klender atau Mall Citra atau juga dulu dikenal dengan Mall Yogya.
Saya kesana untuk bermain Zona Waktu. Pas main permainan yang arah jarum jam
itu, saya pernah dapat jackpot. Sedangkan Arif main yang bola jatuh, dan dia
juga pernah dapat jackpot. Semua karcisnya saya kumpulkan, terus saya tukarkan
jika sudah banyak. Tapi saya lupa waktu itu ditukar sama apaan. Ohh yaa, Mall
Citra Klender juga punya cerita horror loh. Bahkan waktu itu sempat dijadikan
film juga. Kalau mau lebih jelas lagi mengenai cerita horror di Mall Klender,
lebih baik searching digoogle aja deh. Pasti banyak banget artikel atau berita
mengenai Mall Klender. Pernah juga waktu itu ada kebakaran di deket rumah saya.
Sebenarnya kebakaran udah gak asing lagi sih, soalnya memang sudah sering
banget kebakaran. Tapi waktu itu yang kebakaran adalah beberapa rumah dari
rumah saya. Dan apinya juga lumayan besar. Waktu itu sih kejadiannya pagi-pagi,
sebelum saya berangkat sekolah. Saya masih tertidur, kemudian bunda saya
membangunkan saya untuk segera keluar. Saya pun terbangun, dan langsung pergi
keluar, tapi saya juga masih memegang guling *hahaha masih sempet-sempetnya yaa
bawa-bawa guling*.
Terus disekolah saya juga punya banyak sekali teman. Soalnya pada
saat itu saya dianggap sebagai jagoan atau lebih populernya pentolan ketiga
dikelas. Kerenkan, gini-gini saya pernah menjadi pentolan ketiga. Namun suatu
hari saya pernah dimusuhi satu kelas. Rasanya benar-benar gak enak sekali.
Entahlah saya dimusuhi karena apa, saya juga lupa. Tapi yang jelas pada saat
itu Jaka sebagai pentolan pertama dan Yusuf sebagai pentolan kedua menyuruh
anak-anak untuk kompak memusuhi saya. Namun ada satu teman yang masih setia
sama saya, yaitu Agung. Dia yang selalu memberitahu saya tentang kondisi
dikelas, dan menyuruh saya agar tetap berada dikantin. Namun ketika ingin
pulang sekolah, saya dijegat oleh teman-teman kelas. Saya gak dipukuli atau
digebuki, hanya dikata-katain dan diancam saja. Namun hal itu sukses membuat
saya menjadi ketakutan. Dan untuk pertama kali dan terakhir kalinya saya nangis
disekolah. Pada saat itu Arif pulang duluan, soalnya Arif kan kakak kelas saya.
Seandainya ada Arif, mungkin hal ini tidak akan pernah terjadi. Soalnya pada
saat itu mereka semua pada takut sama Arif.
Kemudian saya pun pulang ke rumah sambil nangis gak karuan.
Setelah sampai rumah, uyut (ibunya bunda) saya terkejut dan menanyakan kepada
saya kenapa bisa seperti ini. Namun saat itu saya tidak sanggup menjawabnya,
kemudian uyut saya nanya Arif. Namun Arif juga tidak tau apa-apa, sebab dia kan
pulang duluan. Setelah itu beberapa hari saya gak sekolah, hingga akhirnya
teman-teman saya datang untuk meminta maaf. Kemudian saya kembali berteman
lagi, dan status saya sebagai pentolan ketiga masih tetap diakui. Suatu hari
pernah ada program kesehatan, entahlah namanya itu apa?. Tapi yang jelas
programnya tuh dengan menyuntikkan yang katanya vitamin kepada semua siswa.
Saya yang takut sekali dengan suntikkan mencoba untuk kabur. Saya juga ditemani
oleh Jaka, sebab Jaka juga takut disuntik. Saya menyuruh Jaka untuk kabur.
Namun Jaka ketakutan, sehingga saya sendiri yang kabur kerumah. Tapi tas saya
masih tertinggal disekolah, jadinya tas saya diinepin dah disekolah.
Terus juga pernah ada program cabut gigi. Teman-teman saya yang
giginya berlubang, pada dicabut giginya. Ada yang menangis, dan bahkan ada juga
yang berdarah-darah. Lagi-lagi saya merasa ketakutan, sebab saya mempunyai gigi
yang berlubang. Akhirnya lagi-lagi saya kabur dari sekolah hanya untuk
menghindari itu. Sampai sekarang gigi berlubang itu masih saya pelihara *hehehe
aneh banget yaa*. Terus saya juga pernah menyukai teman sekelas saya yang
bernama Ayu. Ayu memiliki wajah yang manis, rambutnya panjang, dan juga
berprestasi. Dia bukan hanya teman saya, namun saingan saya juga untuk meraih
peringkat 1. Tapi saat itukan saya masih terlalu kecil, yaa anggap sajalah
suka-sukaan. Ketika bersama Ayu, ada hal yang menyenangkan nih. Jadi waktu
itukan lagi ada banjir, tingginya kira-kira sedada saya saat itu, atau sepaha
orang dewasalah. Saya tetap berangkat kesekolah, soalnya di komplek saya, hanya
RT saya saja yang tidak terkena banjir. Jadi saya tidak ada alasan untuk tidak
kesekolah. Namun sesampainya disekolah, hanya ada 2 orang teman saya saja yang
masuk, yaitu Ayu dan Gino. Gino memilih berada di lab komputer, sedangkan Ayu
mengajak saya untuk pergi ke rumahnya yang terkena banjir.
Awalnya saya menolak, namun Ayu memegang tangan saya dan langsung
mengajak saya. Saya mencoba melepas genggaman tangannya Ayu, tapi saya tidak
berhasil. Padahal mungkin dalam hati saya pada saat itu sangatlah bahagia
sekali. Ayu memegang tangan saya dengan sangat erat, seakan-akan saya tidak boleh
jauh darinya *ciyeee*. Hahaha, saya lupa lagi, yang jelas hanya itu yang saya
ingat dari Ayu. Dari sekolah, kita kembali ke teman saya yang dirumah. Dulu
saya dan Arif sering sekali jalan-jalan menggunakan sepeda. Dan yang lebih
ekstrimnya lagi, saya dan Arif jalan-jalannya dijalan raya. Pernah ada anak
perempuan dari RT lain gabung main sama saya dan Arif, nama dia adalah Nindy.
Dan ternyata, teman sekelas saya yaitu Jaka pada saat itu menyukai Nindy. Saya
akui kalau Nindy itu memang sangatlah cantik sekali, apalagi ditambah dengan
kulitnya yang putih. Tapi bodohnya, saya pernah menyakiti Nindy dengan
memukulinya.
Jadi pada waktu itu Nindy sedang duduk disepedanya, dan entah
kenapa tiba-tiba saya memukuli punggungnya Nindy. Bukan hanya sekali, tapi
berkali-kali. Saya lupa kenapa saya bisa memukuli Nindy, dan alasannya itu
apa?. Kok tega banget yaa saya waktu itu memukuli anak perempuan cantik yang
banyak disukai oleh teman-teman saya itu. Namun reaksi Nindy sangatlah aneh,
dia hanya terdiam dan tersenyum kepada saya. Esoknya, tanpa ada kapok dia tetap
main sama saya. Apakah mungkin Nindy suka sama saya yaa? *yehh ge’er banget*.
Tapi bener loh, seakan-akan tidak terjadi apa-apa sama Nindy. Bahkan ketika
naik sepeda, saya pernah mendorongnya hingga terjatuh *gilaa sadis banget saya
saat itu*. Tapi lagi-lagi Nindy hanya tersenyum, dan bahkan tidak mengadu sama
orang tuanya. Duhh, seandainya saya bisa bertemu lagi dengan Nindy. Hanya satu
yang ingin saya katakan yaitu maaf. Tapi mungkin saja Nindy sekarang sudah lupa
sama saya.
Terus saya juga punya teman perempuan namanya Dessy. Dia rambutnya
kriting, matanya belo, tapi dia cantik. Selain sama Arif, saya juga sering
bersama-sama dengan Dessy. Pernah waktu itu kita nonton film horror bersama,
dan kalau tidak salah judulnya bondowoso. Awalnya Dessy biasa-biasa saja, namun
lama kelamaan dia ketakutan sambil menutup matanya lalu memegang tangan saya,
terus kepalanya diarahkan ke bahu saya *ciyee ciyee soo sweet banget dah*.
Terus malamnya saya juga pernah mengobrol dengan Dessy didekat pohon jambu. Dan
didekat itu ada bangkunya, konon pohon jambu disitu memang sangatlah angker.
Ketika sedang asyik mengobrol, saya menoleh ke arah belakang. Dan ternyata oh
ternyata, saya melihat sosok dengan pakaian putih, entahlah apakah itu?. Saya
langsung cepat mengembalikan pandangan saya, kemudian saya menutup mata saya,
dan melakukan hal yang pernah Dessy lakukan. Yaitu memegang tangan Dessy dan
mengarahkan kepala saya kebahunya Dessy sambil ketakutan.
Besoknya setelah saya melihat sesuatu itu, tiba-tiba saya menjadi
sakit. Katanya sih saya kesambet sama penghuni pohon jambu. Saya jadi susah
makan, sering mual, dan sering juga melihat hal-hal yang aneh disekitar saya.
Kemudian uyut saya memanggil seorang ustadz untuk menyembuhkan saya. Dan
Alhamdulillah saya bisa disembuhkan, dan bisa menjalankan aktivitas seperti
biasa lagi. Saya dan Dessy juga sering sekali pulang sekolah bareng menggunakan
kereta. Pada saat itu saya pulang ke Bekasi, sedangkan Dessy pulang ke Lemah
Abang. Soalnya rumah Dessy yang ada di Klender sudah digusur. Mau pindah
sekolah, namun tanggung. Soalnya ujian semester saat itu tinggal sebentar lagi.
Hingga akhirnya Dessy benar-benar meninggalkan saya. Hmm, jadi kangen sama
Dessy. Kira-kira kapan yaa saya bisa ketemu sama Dessy lagi?. Tapi saya ingin
ketemu Dessy lagi disalah satu stasiun. Sama halnya ketika saya dulu selalu
ketemu Dessy distasiun kereta.
Setelah Dessy meninggalkan saya, kemudian saya dekat lagi dengan
seorang perempuan *waduhh ternyata dulu saya player banget yaa*. Perempuan itu
adalah kakak kelas saya yang bernama Tania. Wajahnya Tania cukup cantik,
apalagi ditambah ada tahi lalat dipipinya. Terus waktu itu sih rambutnya
pendek, sebab dia agak tomboy begitu. Waktu itukan didekat rumah saya ada ring
basket. Nah saya sering sekali main basket disitu, tapi pakai bola kecil atau
kadang bola bliter. Waktu itukan pernah ada Tania sama sepupunya sedang
bermain. Pada saat itu kalau tidak salah Tania sama sepupunya sedang meledek
saya. Tapi saya juga lupa diledek apaan. Ketika Tania sedang lengah, tiba-tiba
waktu itu saya langsung mencium pipinya Tania *Gilaa gak nyangka kalau dulu
saya pernah senekat ini*. Tania terkejut, dan dia langsung pergi dari tempat
itu. Esoknya saya langsung minta maaf ke Tania, tapi saya juga mengatakan kalau
Tania harus jadi pacar saya. Awalnya Tania menolak, namun akhirnya Tania
menerima saya. Dan akhirnya saya resmi berpacaran, tapi karena masih kecil jadi
disebutnya pacar-pacaran alias bukan pacaran yang sebenarnya.
Kadang Tania sering ke kelas saya, dan meminta uang 500 perak sama
saya buat jajan. Teman-teman saya gak ada yang berani sama Tania, karena pada
saat itu Tania memang beneran tomboy banget. Tapi kalau Tania macam-macam,
terkadang dia suka saya ancam dengan saya katakan bahwa saya gak akan
segan-segan untuk mencium Tania lagi *Sumvahh beda banget saya yang dulu sama
yang sekarang*. Tania mengatakan tidak mau, tapi saya juga harus berjanji agar
selalu memberinya uang 500 perak jika dia memang lagi membutuhkannya. Jika saya
tidak memberikannya, maka saya juga diancam akan diputuskan sama dia.
Sebenarnya sampai sekarang tidak ada kata putus yang diucapkan oleh saya maupun
Tania. Tapi karena dulu hanya pacar-pacaran saja, jadi yaa tidak usah dianggap
seriuslah.
Waktu itu juga saya pernah diajak sama Aa Wahyu (kakaknya Tania)
untuk ikut kerumahnya. Katanya sih waktu itu ia ingin mengambil sesuatu. Yaudah
saya terima aja ajakan dari Aa Wahyu, apalagi papam (adiknya umi saya) menyuruh
saya untuk ikut. Namun ketika sampai dirumahnya, saya melihat Tania sedang
menonton TV. Karena gengsi takut dikira apa-apa, akhirnya saya pergi dan
menunggu di depan gang. Disana saya berkumpul dengan orang-orang yang belum
saya kenal. Karena waktu itu saya mudah sekali bergaul, jadi gampang banget
berbaur dengan orang-orang yang baru saya kenal. Apalagi yang usianya jauh
lebih dewasa dari saya.
Beberapa bulan kemudian, saya mendapat kabar bahwa orang tua saya
sudah berpisah. Dan sesuai dengan janji saya, maka saya harus tinggal di Bekasi
jika ayah saya sudah tidak ada disana. Akhirnya ketika kelas 4 SD saya pindah
ke Bekasi. Tapi sebelum pindah, saya sudah menyerahkan jabatan saya sebagai
ketua kelas kepada teman saya yang bernama Gilang. Soalnya waktu itu secara
tiba-tiba Gilang berhasil menjadi pesaing saya dan Ayu. Bahkan peringkat saya
tergeser oleh Gilang, dan dia berhasil menjadi peringkat pertama dikelas.
Padahalkan dari kelas 1, antara saya dan Ayu belum ada yang mampu menyaingi.
Yaa tapi namanya juga kan roda kehidupan selalu berputar. Jadi kadang kita
berada diatas, dan kadang pula kita berada dibawah. Sebenarnya saya ingin
memberikan jabatan ketua kelas kepada Ayu, namun saya tidak mampu mengucapkan
kata perpisahan kepada Ayu.
Kepindahan saya tidak diketahui oleh teman-teman saya. Mungkin
karena ini mereka semua kecewa dengan saya. Sebab saya memutuskan pindah
sekolah tanpa pamitan terlebih dahulu kepada teman-teman dekat saya, terutama
Tania yang pada saat itu adalah pacar-pacaran saya. Seperti apa yaa wajah
Tania, Dessy, Nindy, dan Ayu sekarang?. Karena kecilnya cantik, maka saya yakin
wajah mereka yang sekarang dewasa pasti tetap cantik, atau bahkan lebih cantik
dari kecilnya. Ohh yaa masih ada satu lagi nih yang belum saya ceritakan. Jika
kalian sudah atau pernah melihat saya, diwajah saya tepatnya disamping mata
sebelah kanan saya ada sebuah tanda. Sebenarnya itu bukan tanda lahir,
melainkan sebuah luka.
Jadi waktu itu atau tepatnya ketika saya kelas 1 SD, saya sedang
mandi dirumah yang di Klender. Sedangkan emak dan uyut saya sedang shalat. Emak
saya pernah mengatakan kepada saya agar tidak membuang air keluar pas maghrib,
sebab katanya ada yang pulang. Saya tidak mengerti ucapan emak saya, dan dengan
keadaan yang masih terlanjang saya berlari keluar rumah untuk membuang air.
Namun apes bagi saya, tiba-tiba saya terpeleset. Dan saya terkena ujung ubin
atau lantai yang tajam. Kok bisa sih saya terkena ujung ubin?. Jadi waktu
itukan didepan rumah saya dibuat bangku dengan semen, dan atasnya ditutupi oleh
ubin. Namun pada saat itu semennya ada yang rapuh, jadi ujung ubinnya seperti
tidak ada semennya. Dan seketika saat itu dideket mata saya bolong. Bagian
didekat mata itu apa sih disebutnya?, bingung saya juga jelasinnya. Namun
syukurnya tidak mengenai mata saya. Tapi bolongnya lumayan dalam, hanya saja
anehnya tidak berdarah, Cuma dagingnya aja keliatan.
Emak dan uyut saya yang melihat itu langsung histeris. Sedangkan
pak kumis yang juga melihat kejadian itu, tidak bisa berbuat apa-apa. Namun
emak saya langsung mencari kawa-kawa, atau semacam sarang laba-laba kecil yang
berwarna putih itu. Setelah menemukannya, kawa-kawa itu langsung dimasukkin
kedalam luka saya itu. Namun karena kawa-kawanya kurang, jadinya kulit saya
tidak rata. Apalagi kulit saya kan gak dijahit, padahal waktu itu bolong.
Setelah kejadian itu, saya merasa bahwa bola mata sebelah kanan saya agak
keluar. Mungkin banyak yang gak menyadari itu, hanya saja saya yang
merasakannya. Selain itu penglihatan mata sebelah kanan saya tidak sejelas
penglihatan mata sebelah kiri saya.
Terus waktu itu saya juga pernah terkena penyakit gidu, atau
bentol-bentol tapi besar-besar. Uyut saya yang mengetahui itu, langsung membawa
saya berobat. Namun waktu itu tempat yang biasa uyut saya berobat tutup, dan
hanya satu yang buka. Yaitu tempat prakteknya dr. Boyke. Tau kan dr. Boyke?.
Dokter yang terkenal itu loh. Waktu itu dr. Boyke menyarankan saya untuk
disuntik agar akar-akar dari penyakit saya bisa dicabut. Karena saya takut
sekali sama suntikkan, jadinya saya memberontak. Akhirnya dr. Boyke mengatakan
kepada uyut saya agar tidak terlalu memaksa saya. Dan dr. Boyke memberikan
sebuah obat untuk saya. Dan Alhamdulillah, sampai sekarang penyakit gidu saya
gak tumbuh lagi. Jadi gak sia-sia uyut saya mengeluarkan banyak uang.
Terus saya juga pernah terkena penyakit gejala tipes. Kondisi saya
benar-benar drop, kemudian bunda saya menelepon keluarga saya yang ada di
Bekasi. Namun bukannya orang tua saya yang datang, malah justru emak saya lah
yang datang dari Bekasi. Setibanya di Klender, saya langsung di gendong dan
dibawa ke klinik. Dari rumah sampai klinik, dan dari klinik sampai rumah, emak
saya terus menggendong saya. Sungguh pengorbanan emak saya ini memanglah
sangatlah luar biasa sekali. Kasih sayang yang diberikan emak saya benar-benar
tulus. Maka dari itu dari dulu sampai sekarang yang dekat sama saya Cuma emak
saya saja. Karena pengorbanan emak dan kasih sayang emak itu tidak pernah bisa
terbalaskan. Mulai dari merawat saya, membesarkan saya, menyusui saya,
mengantar saya sekolah dari Bekasi-Jakarta, dan pokoknya emak saya benar-benar
sangat peduli dan sangatlah sayang kepada saya. Terus kemana orang tua saya?,
mungkin mereka terlalu sibuk.
Saya bisa bersama mereka jika ada uang saja. Biasanya saya diajak
ke mall untuk main dan juga belanja. Kadang kalau di mall, saya sering sekali
naik bom bom car. Bahkan sampai sekarang kalau ada bom bom car, pasti saya
bakalan naik. Soalnya keren, bisa ngedrift dan juga diatasnya kaya ada
konsleting begitu. Namun pernah ketika saya naik bom bom car, tiba-tiba saya
ditabrak mobil lain dan mobil yang saya naiki menabrak tembok. Sampai-sampai
pada waktu itu bibir saya berdarah. Saya menangis, kemudian orang tua saya
langsung membawa saya pulang. Ketika dirumah, emak saya yang melihat bibir saya
berdarah langsung segera mengobati saya. Dari dulu sampai sekarang, emak saya
selalu ada disaat saya membutuhkan mereka. Meskipun sekarang saya sering beradu
argument sama emak saya, tapi pada akhirnya saya gak akan pernah bisa jauh dari
emak saya.
Kemana kedua orang tua saya sebenarnya?, seharusnya merekalah yang
menemani saya dan selalu ada untuk saya. Mereka terlalu egois, mereka terlalu
sibuk dengan urusannya masing-masing. Mereka mengartikan kasih sayang dengan
sebuah uang, bukanlah dengan arti kasih sayang yang sebenarnya. Makanya
terkadang saya suka iri jika melihat orang-orang yang masih bisa bersama dengan
kedua orang tuanya. Bisa kumpul bersama, makan bersama, sampai liburan bersama.
Hmm, ceritanya cukup sampai disini saja yaa. Soalnya cerita yang lain udah pada
tidak ingat ataupun lupa. Ceritanya nanti kita lanjut lagi di Daily Life of
Mans in Bekasi yaa.
Mungkin hanya segitu saja yang dapat saya ceritakan. Tunggu
kelanjutannya nanti yaa. Tapi mungkin butuh waktu beberapa hari untuk saya
menulisnya, sebab saya juga harus mengingat-ingatnya terlebih dahulu. Apabila
ada salah-salah kata, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Saya juga mohon
maaf, apabila tulisan saya ini tidak tersusun dengan rapih. Sebab saya hanyalah
manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan. Dan saya juga mengucapkan
terima kasih kepada sahabat blogger karena sudah menyempatkan dirinya untuk
membaca dan mengunjungi blog saya. Sekali lagi, Terima Kasih. ^_^
No comments:
Post a Comment